CERMIN YANG PERNAH RETAK


Brremm..brremm..brremmm,, suara kendaraan bermotor saling bersahutan di jalan raya. Mentari seolah tak pernah protes ketika asap mereka menggelitik nuraninya. Yach begitulah rutinitas setiap pagi di sebuah kota yg cukup sibuk di Negara ini.

 
"Yaacchh lampu merah lagi" Nada kecewa dari seorang ikhwan diatas motornya.


 Sedikit kesal,bagaimana tidak sudah dua kali lampu hijau,tetap saja dia tak bisa mendahului kendaraan di depannya. Alhasil kali ini dia berhenti untuk yang ke tiga kalinya. Sesaat,lampu merah yang daritadi dipandanginya seolah mengalah untuk mempersilahkan dia melanjutkan perjalanannya. Seulas senyum simpul tersungging di bibirnya.
 
"Astaghfirullahaladzim,sudah jam segini?Waduh telat.." Pekiknya ketika memakirkan motor kesayanganya di parkiran sebuah Universitas Islam tempatnya menimba ilmu. Tanpa pikir panjang,segera ia langkahkan kakinya secepat kilat,dengan jurus berlari tanpa batas menuju lantai 5 tempat kelasnya berada. Masih dengan nafas yang ngos-ngosan, dia membuka pintu ruangan itu.

 
"Assallamu'alaikum, maaf bu, saya terlambat". Ucapnya sambil memasang tampang yang sedikit memelas.

 
Sambil melihat jam yang nangkring diatas whiteboard, perempuan itu memandanganginya "Ya sudah,sana duduk,tapi lain kali kalau lebih dari lima belas menit,tunggu di luar saja"
Fiuhh,terlihat perasaan lega tergambar diraut muka ikhwan itu. Dia pun mengambil posisi duduk di barisan ke tiga dari depan.

 
"Terlambat lagi? Bro kamu tuch tiap pagi ngapain sih?? Bantuin Emak masak?" Suara berbisik dari Rio yang duduk tepat disampingnya.
Dengan gaya kalemnya yang khas, ikhwan itu tersenyum simpul tanpa berkata apa-apa.

                                          000000
Dua jam berlalu, sangat cepat sekali rasanya mata kuliah itu sudah selesai. Sang Dosen pun meninggalkan ruangan itu. Sesosok ikhwan lain memasuki ruangan itu dengan sumringah.

 
"Yaelah, kamu darimana aja? Gak ikut mata kuliah jam pertama" Celoteh Rio lagi.

 
"Aku takut masuk,soalnya terlambat.nih" Ucap seorang ikhwan bernama Aldo.

 
"Ahh kamu cemen amat, tuh si Furqon yang telat gara-gara bantuin Emaknya masak aja tadi berani masuk kelas." Celetuk Rio dengan asal.

 
Sejenak terdengar tawa renyah Furqon, yang mendengar Rio ngomong asal-asalan. Meskipun tawa itu tak terlalu kencang,namun suara tawa itu sedikit menyapa kuping beberapa akhwat yang sedang duduk berkumpul di pojok kelas. Para akhwat itu hanya melirik sebentar lalu meneruskan obrolan mereka.
                                                                 000000
"Eh tahu nggak? Film baru yang judulnya Zafara Dan Ali bagus banget,kemarin aku abis liad ama Very." Ucap Shiva sambil memasuki kelas.

 
"Yahh jahat banget sih ndak ngajak-ngajak nontonnya." Protes 3 orang akhwat yang notabene sahabat-sahabat Shiva.

 
"Maaf ya, kan aku pengen berduaan ama Very." Ucap Shiva sambil tertawa diikuti tawa kecil sahabat-sahabatnya. Sejenak tawa kecil itu sedikit membuat Trio Unyu sekilas memandang empat orang sahabat itu.

 
Entah darimana asalnya persahabatan antara Rio, Aldo dan Furqon dijuluki dengan Trio Unyu. Usut punya Selidik, waktu itu entah kapan tepatnya, ada seorang kakak kelas yang berkumpul dengan teman-temannya di kantin kampus yang sedang mengobrol, tiba-tiba aja dikejutkan dengan kehadiran tiga sosok ikhwan : Rio, Aldo dan Furqon yang sedang mencari tempat duduk kosong di kantin yang lumayan hampir penuh itu. Tiba-tiba aja tuh para kakak kelas yang berjenis akhwat nyeletuk kalimat Trio Unyu, dibarengi paduan suara teman-temannya yang mengiyakan. 


Kenapa Trio Unyu? Sebab mereka bertiga mempunyai pesona khas masing-masing.
 
RIO : Tinggi semampai, rada bule, pinter main musik, berpengetahuan luas, dan religius meskipun terkadang suka ngomong asal yang kadang membuat para teman-temannya ketawa.

 
ALDO : Mukanya ke korea-koreaan. Jago Akuntansi, hobi maen game, religius, tak pernah peduli penampilan. Rambutnya kadang acak-acakan tapi itu yang membuat wajahnya terlihat,natural. Prinsipnya : Tak ada yang setampan Nabi Yusuf. Terkadang prinsip dia membuat sahabat-sahabatnya ketawa juga, kok bisa-bisanya dia punya prinsip seperti itu, yach walaupun ada benernya juga sih.

 
Furqon : Mukanya khas Indonesia banget , kalem, rapi, tiap hari kerjaannya senyum melulu saat ketemu orang lain. Hobi banget baca apalagi buku-buku tentang agama dan hobi nonton film. Mungkin diantara kedua sahabatnya, Furqon merupakan yang paling religius.

 
Entah sejak kapan mereka melabeli pertemanan mereka dengan label "Sahabat". Mungkin karena mereka ikut dalam salah satu organisasi Islam yang sama di kampus. Dan dari sanalah mereka memulai pertemanan mereka yang akhirnya sekarang menjadi sahabat. Yang kemana-mana bareng,berdakwah bareng, diskusi bareng. Bagi orang-orang yang kenal mereka mungkin beranggapan mereka perfect. Tapi tidak bagi mereka, mereka malah menganggap diri mereka banyak kekurangan. Bahkan saat beberapa akhwat bilang perfect, mereka malah dengan berbarengan bilang "Kesempurnaan hanya milik Allah SWT."

                                                                    000000
"Tadi anda menjelaskan bahwa kekuatan perusahaan terletak pada sistemnya yang sangat terorganisir, jadi kalau suatu saat ada gangguan terhadap sistem tadi, kekuatan tersebut menjadi ancaman donk?" Celetuk Nisa terhadap kelompok 5 yang sedang presentasi.

 
Trio Unyu menatap serius pertanyaan Nisa yang ditujukan terhadap kelompok 5. Suasana sangat riuh, disana terjadi saling sahut menyahut antar mahasiswa. Seperti biasa, Furqon hanya tersenyum simpul melihat Nisa yang masih belum puas dengan jawaban kelompok 5.

 
Akhwat yang satu ini bisa dibilang sedikit unik. Parasnya yang kalem namun agak judes, membuat orang yang belum mengenalnya kadang berpikir akhwat ini tidak ramah. Tapi salah, bagi yang sudah mengenalnya seperti teman-teman sekelasnya, Nisa merupakan sosok yang ceria, tak terlalu pendiam, namun tegas. Yah itulah dia, sedikit berbeda dengan sahabat-sahabatnya yakni Shiva, Lusi, dan Indah. Mereka bertiga sangat ceria sekali dalam setiap kesempatan, dan lumayan cuek. Kesamaan diantara mereka berempat adalah bikin suasana jadi rame. Bukan rame yang gimana-gimana, tapi karena mereka hobi sekali mendengarkan musik disetiap tempat.

 
                                                                         000000
Kali ini empat serangkai itu sedang berpapasan dengan Trio Unyu saat mereka menuju Kantin. Saling melempar senyum, itulah yang selalu mereka lakukan.

 
"Trio Unyu mau ke mana tuh?" Bisik Indah.

 
"Tau ahh, tanya aja ke mereka." Ucap Shiva.

 
"Eh, bang Trio Unyu mau kemana?" Suara pelan Indah yang cukup terdengar oleh Trio Unyu, membuat mereka menoleh.

 
"Mau ke fakultas sebelah, nanya pertandingan basket." Jawab Aldo sambil di barengi ekspresi mengerti dari empat serangkai.

 
"Eh kamu tuh kok nambahin kata bang sih ke mereka,emangnya mereka abang tukang bakso?" Ucap Shiva diiringi tawa kecil sahabat-sahabatnya.

 
"Biarin, mereka juga gak marah." Sahut Indah.

                                                                           000000
Hari itu Nisa sangat disibukkan dengan rencana organisasi yang diikutinya untuk mengadakan pertemuan organisasi antar Universitas. Nisa ikut salah satu organisasi Lembaga Dakwah Kampus bersama Indah. Sedangkan Shiva dan Lusi lebih memilih ikut komunitas Manga,karena mereka yang memang hobi gambar. Lain lagi dengan Trio Unyu meskipun sama dengan Indah dan Nisa yang ikut organisasi Islam, namun Trio Unyu berada dalam naungan Gerakan Mahasiswa Islam. Meskipun lain organisasi tapi visi dan misinya sama yakni mengajak semuanya untuk kembali kepada Islam yang sebenarnya.

 
Tak seperti biasanya Nisa telat. Dia memasuki kelas dengan tergopoh. Suara pintu yang terbuka membuat seisi kelas menoleh ke sumber suara. Dosen yang mengajar pun mempersilahkannya duduk. Tanpa berbicara apapun, Nisa serius menyimak mata kuliah hari ini. Di sisi lain, Furqon hanya melirik sesaat. Nisa merasa ada yang melihatnya, dia pun menoleh, tanpa sengaja mata mereka berdua bertemu.

 
"Astaghfirullahaladzim." Ucap Nisa lirih sambil cepat-cepat kembali menatap whiteboard.

 
Disaat yang bersamaan Furqon beristighfar dalam hatinya. Yaachh saat ini hanya dirinyalah dan Sang Pencipta yang tahu isi hatinya. Sesuatu hal yang tersimpan cukup lama saat ini. Sangat lama hingga aromanya pun tak pernah tercium orang-orang disekitarnya, tak terkecuali sahabat-sahabatnya.
                                                                      000000
 
"Bapak ndak setuju." Suara nada marah Bapak Furqon saat Furqon cerita tentang sosok akhwat yang dikaguminya terhadap Bapaknya. Tak pernah Bapaknya berbicara sedikit keras seperti itu, padahal biasanya Furqon selalu menceritakan apa yang dialaminya dan tak pernah melihat Bapaknya bersikap seperti itu.

 
"Tapi pak, Furqon cuma ingin meminta pendapat bapak saja." Jawab Furqon pelan.

 
"Dia berbeda dengan kita Furqon." Suara Bapak Furqon sedikit melemah.

 
"Berbeda seperti apa pak! Bukankah Islam tak pernah membeda-bedakan ummatnya? Masalah Nu, Muhammadiyah, Hizbut Tahrir atau yang lainnya itu hanya perbedaan cara berpikir dan cara pandang saja bukan? Yang terpenting masih menjalankan Islam sesuai Al-Qur'an dan Hadist." Furqon berusaha mengemukakan pendapatnya.

 
Setelah perbincangan yang tegang itu, Bapak Furqon meninggalkan dia sendiri di ruang keluarga tanpa berkata apa-apa lagi. Kakak Furqon pun menghampirinya. Sambil menepuk bahu adiknya,


"Sudah Fur, Bapak mungkin lagi banyak masalah, mangkanya beliau berbicara seperti itu, toh tak seperti biasanya Bapak seperti itu."
 
Furqon hanya mengangguk mengerti mendengar kakanya berbicara.

                                                                          000000
 
Di sebuah rumah yang berada disamping rumah Furqon.

 
"Ima tadi ada apa kok suara Pak Hasan terdengar sampai sini?" Tanya Mama Ima.

 
Ima yang agak sedikit gak nyambung pendengarannya, dia pun bilang "Kayaknya Furqon mau dijodohin deh Ma sama Bapaknya tapi Furqonnya gak mau."

 
Esoknya di kampus, Ima yang beda jurusan dengan Trio Unyu sedang makan di kantin. Trio Unyu datang dan memilih tempat duduk paling pojok di kantin. Hampir semua akhwat ngebahas Trio Unyu, Ima pun keceplosan. "Eh tau gak?kalau Furqon mau dijodohin?"

 
Sontak beberapa teman Ima kaget. "Beneran? Terus siapa calonnya?"


"Gak tahu,ntar deh aku cari tahu." Jawab Ima.

 
Semenjak itu, isu itu pun merebak ke penjuru kampus. Tak terkecuali Nisa yang tak sengaja mendengar saat dia mau menyerahkan proposal ke ruang Rektor.

 
"Iya beneran, Furqon mau dijodohin. Dan dia setuju." Celetuk seorang mahasiswi yang duduk di lorong.

 
"Wah, patah hati donk para mahasiswi kampus." Dibarengi suara beberapa mahasiswi yang lainnya.

 
Sedikit ngilu hati Nisa mendengarnya, walaupun tak mendengarnya langsung dari sang empunya. Namun rasanya kalimat yang diucapkan mahasiswi tadi terasa terngiang terus di otaknya.

 
Setiap hari, semua orang di kampusnya ngebahas masalah itu. Dan tiap hari pula Nisa selalu menahan apa yang dirasakannya berusaha berbohong seolah dia tak pernah merasakan ngilu itu. Lain dengan Trio Unyu, entah kuping mereka kayaknya di jaga banget ama Malaikat sehingga berita tentang Furqon tak pernah sampai ke telinga mereka bertiga. Bahkan tak ada seorang pun yang mengkonfirmasi berita itu terhadap mereka sehingga mereka berjalan dengan santainya seperti tak ada apa-apa.

 
Tanpa sengaja Furqon bertemu Nisa disebuah lorong menuju perpustakaan. Niat Furqon ingin mengucapkan salam pada Nisa seolah mulut Furqon terkunci sehingga dia tak berkata apa-apa. Nisa yang sedari tadi menundukkan pandangannya berlalu begitu saja berusaha menahan sesuatu.

                                                                    000000
 
Tak seperti biasanya sepulang kuliah Nisa mampir dulu. Biasanya dia langsung pulang ke rumah jika tidak ada hal yang dia urusin. Tapi kali ini dia pergi ke sebuah tempat yang seolah membuatnya nyaman.

 
"Brruukk" Nisa jatuh diatas pasir pantai, setelah dia berlari-lari dari ujung pantai. Terasa sakit sekali kakinya, padahal pasir pantai itu begitu lembut. Saking lembutnya tak pernah para pengunjung kesakitan ketika jatuh disana. Tapi rasanya kilauan rasa nyeri hati Nisa merembet hingga ke kakinya sampai menyebabkan rasa yang sakit sekali. Nisa meringis, sampai buliran air matanya menetes. Entah seolah Matahari mengetahui kesedihan Nisa, dia pun meredupkan sinarnya, hingga membuat mata Nisa sejenak memejam.

 
Di sisi lain, Furqon masih terus berlari sekencang-kencangnya mengelilingi pantai itu. Mereka berdua tak pernah bertemu, padahal mereka berada di satu tempat yang sama. Seolah ada tembok yang membatasi pantai itu dan membelahnya menjadi dua tempat yang berbeda.
Furqon duduk termenung di pasir yang hangat oleh sinar Matahari yang meredup. Sentuhan lembut memegang pundaknya. Furqon hanya menoleh sekilas.

 
"Hanya dengan ini Imanmu luntur?" Suara Mas Faris kakak Furqon.

 
"Apakah selama ini Imanku luntur mas?" Tanya Furqon.

 
"Kamu tentunya bisa melihatnya sendiri. Lihat ke dalam hatimu Fur." Ucap Mas Faris.

 
"Rasanya nyeri sekali disini mas." Kata Furqon sambil menatap ombak yang damai bernyanyi.

 
"Bukankah kamu tahu, Sesungguhnya Iman dapat menjadi usang dalam (hati) kalian, 


sebagaimana baju bisa usang, maka mintalah kepada Allah agar DIA memperbaharui keimanan dalam hati kalian." Ucap Mas Faris.

Furqon hanya diam membisu. Seolah hatinya sedang berperang dengan sesuatu. "Jodoh ditangan Allah, berusahalah mengikhlaskan, simpanlah cintamu hingga Allah memutuskannya nanti, pikirkan skripsimu dahulu." Nasehat Mas Faris lembut.

Furqon terperangah mendengarnya, liadahnya kelu, "Ya Allah aq harus bagaimana agar hatiku kembali tentram?"
 
Seolah ada yang menjawab pertanyaanya, "Wahai temanku,sabar, lupakah kau akan tujuan hidup yang sesungguhnya? Lupakah akan inginmu? Hakikat cinta yang sesungguhnya? Apa perlu ku ingatkan bahwa cinta yang sesungguhnya itu hanya untuk Allah?Tak rindukah kau menjadi salah seorang Hamba Allah? Menjadi Hamba yang disayangi Malaikat dan Rosul-NYA? Aku tahu hatimu saat ini, sadarkah kau bahwa sosok itu belum halal bagimu? Janganlah kau siksa batin dan fikiranmu..."

 
Setitik melesat rasa damai di hati Furqon, dia mencoba ikhlas. Kakak beradik itu pun beranjak pulang. 


Sesampainya di rumah, "Fur, Bapak minta maaf kalau kemarin kalimat Bapak membuatmu tersinggung, Islam memang tak pernah membeda-bedakan ummatnya, hanya amal perbuatan mereka lah yang nantinya menjadi berbeda di Akhirat."
 
"Ndak apa-apa pak, Furqon yang seharusnya minta maaf, Furqon sudah ikhlas pak." Ucap Furqon lirih.

 
Ibu Furqon memegang lengan Pak Hasan, seolah mengerti, Ibu Furqon berkata "Biarkan dia sendiri dulu pak."

 
"Tapi bu, bapak merasa.............."

 
"Sudahlah pak, sekarang beri kesempatan Furqon bermuhasabah sebentar." Lalu Orang tua Furqon pun berlalu.

 
Di sisi lain, Nisa pun seolah mendengar hal yang sama dengan yang didengar Furqon tadi. Dia pun sekarang merasa sedikit nyaman, dan melangkahkan kakinya kembali ke rumah.

                                                                    000000
 
Entah Allah apakah sedang menguji mereka berdua. Sering sekali Furqon dan Nisa berpapasan. Sehingga membuatnya menahan gejolak hati yang mulai berkecamuk. Sulit memang, tapi usaha yang mereka lakukan benar-benar mereka niatkan untuk menghapus kotoran yang sedang menempel di hati mereka masing-masing.

"Tunggu ukh,," Panggil seorang akhwat hingga menghentikan langkah Nisa, dia pun menoleh ke arah sumber suara.

 
"Afwan, sudah mengagetkan anti. undangan buat LDK antar Universitas sudah sampaikah ukh?" Tanya akhwat itu.

 
"Sudah ukh,kemarin ana sudah dikonfirmasi sama perwakilan penerima undangan". Ucap Nisa.

 
"Alhamdulillah, oya ukh, sudikah anti nanti mau untuk membaca Tilawah di acara besok?". Kata Husna akhwat tadi.

 
"Insya Allah ukh, ana siap anti kasih tugas apapun". Jawab Nisa dengan tersenyum.

 
"Kalau begitu anti nanti baca surat Ar-Ra'd ayat 27-28 ya ukh?" Ucap Husna.

 
Mendengar surat yang disebutkan Husna, Nisa terdiam sejenak. Nisa merasa selama ini dia benar-benar berdosa. "Ukh, anti baik-baik saja?" Tanya Husna mengagetkan lamunan Nisa.

 
"Astaghfirullah, ia ukh ana baik-baik saja." Jawab Nisa. Husna pun berpamitan dengan Nisa untuk pulang.

                                                                    000000

 
Seketika sampainya di rumah, ucapan Husna yang meminta Nisa untuk membaca Surat Ar-Ra'd ayat 27-28 terus terngiang di kepalanya. Entah apa yang ada di pikiran Nisa saat ini, dia hanya duduk termenung didalam kamar sepulang kuliah hingga tanpa sadar ia terlelap.

 
Malam kian larut, tak terasa jam menunjukkan pukul 02.50 WIB. Nisa terbangun dari tidurnya. Segera ia mengambil air wudhu untuk melaksanakan sholat Lail.

 
Dengan khusyuk dan tuma'ninah Nisa mengerjakannya. Hati Nisa rasanya tenang sekali. Ia merasa kecil sekarang, merasa selama ini dia berbuat dosa. Zina hati..mungkin itu yang saat ini membuat Nisa menangis memohon ampun pada Sang Pencipta.

                                                                   000000
 
Kau datang ketika duka,dan bintang bercahya tunjukku ke jalan Syurga. Ku haus ditengah laut, lemas mencari tempat berpaut, kirimkan aku kekuatan serta pedoman dikesesatan. Ku sunyi dalam gembira,perih, pedih, tanggung derita. Sungguh aku bukan Nabi yang suci dari hina dan benci. Terlalu lama aku mencoba, terlalu banyak cinta yang ku damba. Tiada yang sempurna hanyalah fana, Tuhan ampuni Hamba-MU. Ku rebah didada malam, memecah dendam yang lama diam. Ku tanggalkan baju dunia, dekapku dengan selimut Syurga. Ya Tuhanku hanya pada-MU, tempat mengadu segala rindu. Limpahi aku Rahmat Kasih-MU dalam tahajjud cinta bersujud....

 
Nisa membiarkan ponselnya tetap menyala, hingga nada dering lagu dari Siti Nurhaliza itu tak berbunyi lagi.

 
Di seberang sana, Furqon melakukan hal yang sama, masih tetap Istiqomah diatas sajadah panjangnya untuk terus bermunajah.

 
"Ya Allah, ampuni Hamba-MU ini. Aku manusia yang tak pernah luput dari dosa. Maafkanlah diriku yang menduakan cinta-MU dengan dia. Dia yang belum halal bagiku. Aku mohon pada-MU, bersihkanlah hatiku, hilangkan bayangannya dari hidupku. Aku tak mau Engkau memalingkan wajah-MU dariku. Ku mohon, jangan pernah tutup pintu Ridho-MU untukku." Airmata Furqon tak kuasa untuk tertahan, malam itu ia tumpahkan semua isi hatinya pada Allah SWT.

                                                                      000000
 
Pagi ini mungkin pagi terakhir bagi mereka untuk bertemu. Karena minggu depan mereka masing-masing akan menjalani sidang skripsinya. Trio Unyu datang pagi sekali, mereka hanya ingin tak pernah terlambat untuk meminta maaf kepada teman-teman sekelas mereka sebelum ujian skripsi berlangsung minggu depan. Sementara mereka sedang asyik mengobrol dengan teman-teman, empat sekawan muncul dari balik pintu. 


"Assallammu'alaikum" Ucap mereka kompak.
 
"Wa'allaikumsalam." Jawab semuanya.

 
Rio dan Aldi segera menghampiri mereka untuk menyampaikan permintaan maaf. Setelah selesai, giliran Furqon sendirian yang menghampiri mereka. Saat dia tiba untuk berbicara kepada Nisa, Furqon pun mengucapkannya dengan suara yang sedikit pelan. Nisa mengangguk dengan pelan juga. Suasana jadi terasa aneh saat mereka berdua tak sadar berdiri mematung berhadapan sambil saling menundukkan pandangan. Seolah ada yang menyadarkan mereka berdua. Nisa pun berbalik meninggalkan Furqon sembari menahan air mata yang ingin keluar. Furqon hanya diam saja melihat Nisa berlalu darinya.

 
"Aku belajar dari debu yang kau tiup tadi." Ucap Furqon lirih..

                                                                     000000
 
Hari Sabtu pun tiba, acara yang dari sebulan lalu direncanakan oleh anggota Lembaga Dakwah Kampus Universitas Islam Surabaya pun dimulai. Diruangan ini banyak sekali yang datang tidak terkecuali Lembaga Dakwah Kampus dari berbagai Universitas lain. Baru memasuki ruangan sudah terasa sekali pemandangan yang menyejukkan. Wajah-wajah para Akhwat Fillah yang berseri, bercahaya karena iman didada mereka. Bahkan ada dari Lembaga Dakwah Kampus yang letaknya cukup jauh dari kota Surabaya yang masih bela-belain buat datang ke acara ini hanya untuk menyambung ukhuwah islamiyah antar sesama pengemban dakwah. Subhanallah luar biasa sekali semangat mereka.

 
Lima menit kemudian, MC acara naik ke atas panggung.

 
"Assallamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh ukhti fillah semua." Tanya sang MC.

 
"Wa'allaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh". Jawab semua yang hadir dengan kompak dan bergemuruh. Rasanya hati ini bergetar mendengar jawaban salam dari saudara kita sesama Muslimah.


"Subhanallah semangat sekali, bagaimana kabarnya ukhti fillah?" Tanya sang MC lagi.

 
"Alhamdulillah luar biasa, Allahu Akbar." Jawab mereka serempak.

 
Sang MC dan para panitia penyelenggara tersenyum melihat semangat yang berkobar di ruangan itu.

 
"Syukron ukhti fillah sudah berkenan hadir dalam acara kami pagi hari ini dengan tema : Muslimah Menulis Diatas Pelangi".

 
"Kita sebagai Muslimah tentunya harus bisa menjaga Izzah dan Iffah kita supaya kita semua bisa meraih pelangi kita..yahh pelangi Syurga. Untuk itu marilah kita dengarkan ukhti Farah Khoirunnisa membacakan Surah dari Al-Qur'an berikut ini." Sang MC mempersilahkan Nisa naik keatas panggung.

 
Sementara ditempat lain. Rio kelihatan bingung karena Indra yang hari ini bertugas untuk membaca tilawah dikajian sabtu pagi mendadak tidak kunjung datang. Sementara para hadirin sudah menunggu sejak lama acara ini untuk dimulai. Kepanikan wajah Rio dibaca oleh Furqon. Furqon memberikan isyarat kepada Rio agar dia saja yang menggantikan Indra untuk membaca tilawah. Suasana cerah tergambar jelas diwajah Rio yang sedari tadi mendung karena panik.

"Afwan semuanya, marilah kita dengarkan akhi Muhammad Furqon Rabbani untuk membacakan tilawah, kepada akhi Furqon kami persilahkan." Ucap Rio dengan senyuman simpul.
 
Furqon pun naik ke atas panggung. Sementara itu Rio lupa memberitahu Furqon, surat apa yang harus dibacanya. Aldo dengan cekatan memberi kode kepada Furqon dari bawah panggung untuk membaca surat Ar-Ra'd ayat 27-28.

 
Suasana hening, Nisa mulai membaca tilawah, di sisi lain Furqon pun sedang membaca surat yang sama.

 
"A'udzubillahi minasyaithonirrojiim.. Bismillaahir rahmaanir rahiim".

 
"Wa yaquulul ladziina kafaruu lau laa unzila 'alaihi aayatum mir rabbihii qul innallaaha yudhillu may yasyaa-u wa yahdii ilaihi man anaab”.

Alladziina aamanuu wa tathma-innu quluubuhum bi dzikrillaahi alaa bi dzikrillaahi tathma-innul quluub..."
 
Sejenak mereka berhenti, menghembuskan nafas pelan...

 
"Aku berlindung kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk.. Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang".

 
"Orang-orang kafir berkata, "Mengapa tidak diturunkan kepadanya ayat (mukjizat) dari Tuhan nya?" Katakanlah, "Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-NYA dan Dia menunjuki orang-orang yang kembali (taubat)"...

(yaitu) orang-orang yang beriman,dan hati mereka menjadi tentram bila mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram."
 
Mata mereka berdua pun terpejam. Mereka merasakan ayat-ayat itu mengalir ke darah mereka.

 
"....Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram".

 
"....Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram".

 
"....Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram".

 
Penggalan surat Ar-Ra'd ayat 28 itu terus terdengar berulang-ulang di hati mereka. Tanpa tersadar air mata mereka berdua menetes bersamaan. Mengalir di pipi mereka, hingga menetes diatas Al-Qur'an yang mereka baca tepat diatas rangkaian ayat Surat Ar-Ra'd : 28 . Tak ada angin yang berhembus tiba-tiba saja satu persatu kertas dari Al-Qur'an tersebut bergantian bergerak.. Dan seketika Al-Qur'an itu menutup dengan sendirinya.

 
Mata Furqon dan Nisa masih terpejam. Setitik ikhlas kini menyibak sanubari mereka... 


Mengendap dalam ujung segumpal darah yang dingin itu.. Sangat jauh.. Amat jauh.. Jauh sekali disana...
 
Ketulusan itu sekarang bercahaya... Selalu bercahaya dan membuat mereka terus berdiri dalam timbunan perih... Perih yang indah,, seindah ganjaran yang sedang menanti mereka disana... Tempat dimana Rasulullah bersama para Sahabat sedang melihat ikhlas di dalam hati mereka berdua...





Nb : Cerita ini saya buat sudah lama. Cerita yang paling banyak revisinya waktu aku tulis dulu. Copy paste diizinkan asalkan mencantumkan sumbernya.....

Read More......
Kamis, 14 Juni 2012 Posted in | | 0 Comments »



Hahahahhhaaha apa yang kau lakukan?
Apa yang kau pikirkan?
Tidakkah kau merasa bahwa kau sedang mentertawakanmu?
Kenapa kau menyimpan rasa itu?

Ohh ternyatra dia,,
Sebegitu resahnya ketika benda yang kau genggam tak kunjung mengeluarkan cahayanya

Sedikit-sedikit melirik,
Sedikit-sedikit melihat,
Kecewa saat ternyata bukan dia

Padahal benda itu tak pernah peduli pada siapa yang menyapanya
Padahal benda itu tak memiliki rasa sepertimu
Biasa saja,
Mungkin itu yang akan benda itu katakan
Kau masih menunggu cahaya itu berkedip?
Masih???

Buat apa??
Buat apa kau seresah ini??
Resah saja tak seperti ini padamu

Sudahlah,,
Dia disana sedang mengobrol mesra dengan kekasihnya
Eits,, tunggu dulu
Mengapa kau murung??

Kau siapa??
Seolah kau berarti baginya
Dekat?? Tidak.....

Kekasihnya selalu memberikan Kedamaian bagi hatinya
Kekasihnya masih menguji Imannya
Masih mencari Kesabarannya
Masih menunggu Ikhlasnya
Yahhhh.... Kekasihnya adalah Sang Pencipta


Oleh : Nurul Hudalifah – Nurul Noerizh
Judul : Kotak Lusuh Di Sudut Kamar

Read More......
Selasa, 05 Juni 2012 Posted in | | 0 Comments »
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------