Seorang gadis cilik bertanya pada Ayahnya
“Abi…ceritakan padaku tentang Akhwat Sejati”
Sang Ayah pun menoleh dan tersenyum seraya menjawab
Akhwat Sejati bukanlah dilihat dari kecantikan paras wajahnya, tetapi dari
kecantikan hati yang ada dibaliknya.
Akhwat Sejati bukan dilihat dari bentuk tubuhnya yang mempesona, tapi dilihat dari
sejauh mana Ia menutupi bentuk tubuhnya.
Akhwat Sejati bukan dilihat dari begitu banyak kebaikan yang diberikan, tetapi dari
keikhlasan Ia memberikan kebaikan itu.
Akhwat Sejati bukan dilihat dari seberapa indah lantunan suaranya, tetapi dari
apa yang sering mulutnya bicarakan.
Akhwat Sejati bukan dilihat dari keahlIannya berbahasa, tetapi dilihat dari bagaimana caranya berbicara.
Sang Ayah terdIam sembari menatap putrinya
“Lantas apa lagi Abi…?”
Ketahuilah putriku….
Akhwat Sejati bukan dilihat dari keberaniannya berpakaian, tetapi dilihat dari
sejauh mana Ia berani mempertaruhkan kehormatannya.
Akhwat Sejati bukan dilihat dari kekhawatirannya digoda orang di jalan, tetapi dilihat dari
kekhawatirannya yang mengundang orang jadi tergoda.
Akhwat Sejati bukanlah dilihat dari seberapa banyak dan besarnya ujIan yang Ia jalani, tetapi dilihat dari
sejauh mana Ia menghadapi ujian itu dengan Syukur.
Dan Ingatlah…!!!
Akhwat Sejati bukanlah dilihat dari sifat supelnya dalam bergaul, tetapi dilihat dari
sejauh mana Ia bisa menjaga kehormatannya dalam bergaul.
Setelah itu Sang anak kembali bertanya
“Siapakah yang dapat menjadi kriteria seperti itu Abi…?”
Sang Ayah memberikan sebuah buku dan berkata
“Pelajarilah mereka!!”
Sang anak pun mengambil buku itu dan terlihat sebuah tulisan
“ISTRI PARA NABI”
Meski kita bukanlah salah satu dari Istri Nabi
Tapi meneladaninya adalah sebuah bentuk kecintaan kita terhadap
Allah SWT

Read More......
Senin, 28 Mei 2012 Posted in | | 0 Comments »


KERUDUNG YANG TERKOYAK


Muslimah itu harus mampu mempertahankan Imannya. Barangkali kalimat itu bisa dijadikan renungan buat kita semua. Tak lain halnya dengan Fitri Dewi Lestari yang kerap di panggil dengan nama Fitri. Fitri dilahirkan dari keluarga yang lumayan mapan dalam segi materi. Dia dilahirkan dari keluarga yang Menganut Agama Muslim. Keluarga Fitri terbilang sangat demokratis dalam mendidik anak-anaknya. Mereka tak pernah memaksakan pendapat maupun keinginan anak-anaknya.

Menginjak Usia 18 tahun, Fitri sangat mandiri dengan berkuliah jauh dari orang tua. Dia memilih kuliah di Ibu Kota di salah satu Universitas Di sana. Fitri disana tinggal ngekos di kawasan Lebak Bulus. Fitri memilih kosan khusus putri yang tidak jauh terletak dari ikampusnya. Dia mempunyai banyak teman dari berbagai kalangan, tidak hanya mahasiswa saja. Mungkin karena Fitri memang sosok yang ceria, pandai bergaul, cerdas dan sangat punya kemauan keras.

Dari masih SMP, Fitri sudah berhijab bukan karena tuntutan orang tua tapi karena keinginan dirinya sendiri. Hijab yang dikenakannya pun tak pernah membatasi aktivitasnya, maka dari itu dia nyaman mengenakannya. Bersama sahabatnya Citra, mereka sering menghabiskan waktu bersama. Memang Citra beda jurusan dengan Firi tapi itu tak menghalangi Citra yang notabene teman sebelah kamar Fitri untuk bersama-sama kemanapun. Namun mereka mempunyai aktivitas yang berbeda. Fitri lebih senang dengan komunitas Fotografinya sedangkan Citra lebih senang dengan komunitas Jurnalisnya.

Mereka berdua jelas selalu bertemu dengan orang-orang yang berbeda setiap harinya di komunitas itu. Entah sejak kapan Fitri mulai sedikit berubah perilakunya. Gak biasanya dia Ngaret kalau sholat 5 waktu. Biasanya dia yang paling getol ngebangunin subuh penghuni kos lainnya. Mungkin semenjak waktu itu akhirnya Fitri pernah berkelu kesah terhadap sahabatnya Citra.

“Citra, semakin hari aku semakin sebel dech ama beberapa temen komunitas fotografiku. Celetuk Fitri.
“Emang kenapa Fit?” kata Citra.
“Tau nggak seh , katanya mereka ngapain aku berhijab?kan kalu di foto gak kelihatan artistiknya. Sambil ogah-ogahan Fitri merebahkan dirinya di tempat tidur Citra.
“ Bukankah berhijab itu keluar dari niatmu sendiri?Dan bukankan itu diwajibkan dalam Agama kita?” Citra menjelaskan.

Tak terdengar lagi suara keluhan Fitri karena ternyata dia sudah terlelap tidur di tempat tidur Citra. Citra yang melihat sahabatnya terlelap hanya diam melihatnya. “Fitri, fitri apa seh yang sebenarnya ada di pikiranmu?” Dalam hati Citra hanya berkata seperti itu.

000000


Sudah beberapa hari ini Firi jarang terlihat dikampus, bahkan setiap kali Citra ingin main ke kamar Fitri, Fitri jarang ada. Entah sejak kapan dia melihat Fitri selalu pulang malam akhir-akhir ini. Seperti malam ini.
“Fitri kamu darimana?” Citra memberanikan diri buat bertanya.
“Bukan urusan kamu,udah ahh aku ngantuk.” Sambil menutup pintu, hanya itu kalimat yang diucapkan Fitri.”
“Astaghfirullah, ada apa dengan sahabatku Ya Allah”. Citra heran.

Pagi ini pun Citra kembali lagi tak pernah menemukan Fitri di kamarnya yang terkunci. Padahal Citra ingin tau apa yang sebenarnya terjadi sehingga sahabatnya ini berubah akhir-akhir ini.

000000

Puncaknya hari ini, sekitar 2 bulan setelah kejadian malam itu yang Fitri dengan kerasnya menutup pintu dihadapan wajah Citra saat citra menanyakan padanya kenapa dia pulang malam. Siang itu akhirnya Citra berpapasan dengan Fitri saat fitri pulang entah darimana mau memasuki kamarnya. Tampak ada hal yang ebrbeda dari penampilan Fitri hari ini yang ngebuat sedikit Citra Terkejeut.

“ Astaghfirullah haladzim Fitri” Terkejut Citra melihat penampilan sahabatnya itu.
“ Kenapa? Aku cantikan kalu kayak gini kan?” Sambil tersenyum Fitri menjawab kekagetan Citra.
“ Kamu lebih cantik kalau memakai kerudung.” Kata Citra.
“ Kalau pake kerudung, aku malah disindir temen-temenku.” Kata Fitri tak mau kalah.
“ Tapi Fit....” Citra menampakkan nada kecewa,
“ Udahlah Citra, gak usah sok suci dech kamu. Toh nantinya kamu juga kalau melihatku tiap hari seperti ini,pastinya kamu juga akan melepas kerudungmu itu.” Bentak Fitri kepada Citra
“Astagfirullah Fitri, taukah apa yang kamu lakukan itu?” Citra berusaha menasehati fITRI.
Tapi belum selesai menyelesaikan kalimatnya, Fitri langsung menutup pintunya keras-keras dihadapan Citra. Citra kembali ke kamarnya dengan sedih dan berharap kepada Sang Pencipta supaya Fitri sahabatnya disadarkan dari kesalahannya.


Hari ini seminggu setelah kejadian itu Citra bertemu lagi dengan Fitri yang sedanga syik membaca sebuah buku di pekarangan kos sebelah belakan.
“Fitri, kemana aja kamu? Aku lama ndak liad kamu.” Sapa Citra
“Jangan panggil aku Fitri lagi, sekarang namaku Lena” Kata Fitri
“Maksudnya?” Citra Heran
“Kamu ini nggak ngerti-ngerti dech, itu tandanya namaku udah ganti jadi Lena tepatnya Elizabeth Magdalena. Dengan bersemangat Fitri mengutarakannya..
“Tapi kenapa?” Citra sedikit selidik dengan nama yang disandang shabatnya itu sekarang.
“Ahh ni anak ribet ya, aku ganti nama karena 3 hari yang lalu aku di baptis. Kata Fitri..

Sungguh kaget setengah mati citra mendengar penuturan fitri. “Astaghfirullah haladzim,jadi kamu” Citra tak bisa meneruskan kalimatnya. “Iya, aku pindah agama?kenapa” Sambil pergi Fitri mengucapkan itu. “Fitri taukah kamu bahwa itu dilaknat Allah?” Sambil menangis Citra melihat sahabatnya berlalu.

000000

Semenjak kejadian itu tak henti-hentinya Citra mengingatkan Fitri untuk bertaubat setiap kali mereka bertemu. Tapi setiap kali itu juga Fitri membentak Citra dan selalu mengucapkan kalimat yang sangat menyakitkan hati Citra.
“ Kamu tuch bukan siapa-siapa aku, kamu cuma sahabat aku yang aku kenal semenjak awal kuliah, jadi gak perlu dech kamu atur hidup aku dan mencampuri urusanku. Ucap Fitri.
“ Iya memang aku cuma sahabat kamu, tapi aku tak bisa membiarkan hal ini terjadi.” Ucap Citra
“Urusin hidupmu sendiri, Agamamu agamamu, agamaku ya agamaku. Fitri pun pergi dari tempat itu.

Citra tak tinggal diam, ia menyelidiki kenapa sahabatnya bisa terpengaruh dan berubah menjadi Murtad. Ternyata setelah diselidiki, semenjak Fitri di ejek oleh salah satu temannya itu, Fitri jadi sering menyendiri menyari ketenangan disuatu tempat di belakang kampus. Setelah beberpa hari menyendiri disana entah etan apa yang menuntun Fitri menuju salah satu Gereja yang etrletak tidak jauh dari kampus. Begitu kira-kira informasi yang Citra sapat dari bebrapa teman Fitri di komunitas Fotografi. “Fitri pernah bilang ke aku pas aku tanya kenapa dia bisa pindah agama, dan dia hanya bilang : “aku seperti menbdapatkan suatu bisikkan untuk berpindah agama” Cerita salah satu teman Fitri. Dari cerita itu tak henti-hentinya Citra berusaha keras supaya bisa membuat Fitri kembali lagi di jalan yang benar. Tak habis akal, Citra berkunjung ke kamar Fitri yang kebetulan lupa dikunci. Al-Qur'an yang biasanya terletak diatas lemari Fitri dan Mukenah yang biasanya tergantung di belakang pintu kamar Fitri sekarang sudah tidak ada lagi. Citra kembali ke kamarnya untuk mengambil Al-Qur'an dan mukenah untuk ditaruh di kamar Fitri. Tanpa sepengetahuannya, Citra kembali tidur di kamarnya sendiri.

Pagi-pagi sekali ada yang mengetuk kamar Citra saat Citra baru selesai sholat Subuh, ketika dibukakan pintunya Fitri langsung melemparkan Al-Qur'an dan mukenah yang diberikan Citra ke wajah CitRA. Citra pun menangis melihat sikap sahabatnya lagi.
“Kamu itu uda aku beritahu berapa kali seh? Gak usah ikut campur atsa hidupku” Sambil berlalu Fitri berteriak

Tak henti-hentinya setiap hari Citra memohonkan ampun sahabatnya itu kepada Sang Pencipta. Di Tahajjud rutin yang dilakukan Citra setiap hari yang biasanya digunakan Citra untuk bermuhasabah diri tetapi semenjak perubahan Fitri, Citra selalu meminta supaya Fitri disadarkan kembali.

000000

Malam itu Citra ingin sekali bertemu sahabatnya setelah 1 bulan tak pernah bertemu. Pintu kamar Fitri lupa dikunci lagi. Citra masuk dengan perlahan dan dilihatnya sahabatnya itu sedang tidur. Citra pun membangunkan sahabatnya dengan lembut agar supaya Citra melampiaskan kekangenannya terhadap Fitri yang sekarang sulit ia temui.
“Fit, aku Citra, kita makan bareng yuk, uda lama kita gak makan di tempat favorit kita di ujung gang” Gugah Citra dengan suara lembut.
Tak ada jawaban sama sekali, lalu Citra kembali membangunkan sahabatnya lagi. Tapi tetap tak ada jawaban. Citra memegang kaki Fitri sudah dingin dan melihat tangan Fitri yang memegang sebuah kitab suci agama baru dia. Fitri mengusap rambut fitri yang terurai hingga sampai ke pipi Fitri dan sedikit menyentuh hidung Fitri. Karena sudah lama Citra tak mencubit hidung Fitri, suatu kebiasaan Citra yang selalu dilakukan untuk mengisengi Fitri. Betapa terkejutnya Citra saat itu, Fitri sudah tak bernafas lagi. “Innalillahi wa inna illaihi Roji'un” Citra pun menangis hebat. Dan seluruh penghuni kos segera menuju kamar Fitri yang mendengar tangis histeris Citra. Citra tak henti-hentinya menangis sambil memohon pada Allah supaya Fitri kembali bernafas untuk bartaubat. Tapi terlambat. Semuanya sudah terlanjur dan Fitri kembali pada Allah dalam keadaan tidak Islam








Nb : Cerita ini aku buat waktu aku magang kelas 2 SMA dulu. Pas lagi gak ada kerjaan dikantor, aku diajak liad film Ayat-ayat Cinta sama orang kantor dan beberapa temanku di ruang IT. Berhubung aku sudah liad film itu akhirnya akupun mainan game di komputer, tiba-tiba aja tercetuslah inspirasi ini, Akhirnya akupun menulisnya. Cerita ini aku buat tidak untuk menyinggung pihak manapun tetapi aku buat untuk semua kawanku kaum Muslimin supaya bisa merenung. Apakah selama ini Iman yang kita punya kadang-kadang kendur saat kita terpengaruh teman-teman kita? Maka dari itu charger Iman kita setiap hari dengan mengkaji Islam lebih dalam lagi supaya kalian tetap Istiqomah dalam Agama Islam ini. Copy paste diizinkan asalkan mencantumkan sumbernya.

Read More......
Rabu, 23 Mei 2012 Posted in | | 0 Comments »



DIAM ITU INDAH



Capeknya habis pulang kerja, Seperti biasa aku duduk di kursi kesayanganku di ruang tamu selesai mandi sore ini. Entah kenapa tumben-tumbenan aku pulang kerja agak cepet. Sambil duduk-duduk di ruang tamu, aku membaca sebuah buku yang baru aku beli tadi sepulang dari kantor “Aku Mengagumimu Ukh!”. Buku karangan Hafidz Hamdan. Dari Sinopsisnya sich kayaknya menarik, alhasil tanpa pikir panjang pun aku membelinya. Jadi dech tuch buku jadi koleksiku yang kesekian. Entah sejak kapan aku suka membaca buku yang berbau religi, sedikit ingat sich pas masih SMP, dan waktu itu tak banyak koleksi bukuku.
“Tok-tok Assalamualaikum” Terdengar sebuah ucapan dari luar rumah
“Wa'alaikumsalam” Siapa ya pikirku?
Segera aku bukakan pintu itu. Saat aku membuka pintu, muncullah sosok dari balik pintu tersebut.Sosok yang sangat familiar bagiku, bagaimana tidak? Aku cukup mengenal lama sosok ini. Sedikit terkejut sich, karena sudah lama aku tak bertemu dengannya. Padahal kami berdua adalah teman lama tapi semenjak hari wisuda itu kami tak pernah bertemu lagi. Bahkan conntact lewat telepon maupun dunia maya pun tak pernah.Sekarang sosok ini muncul dihadapanku dengan wujud yang sama seperti 2 tahun yang lalu, meskipun sekarang dia rada' kerenan lah,heheheh Astagfirullah haladzim. Seperti biasa dia selalu mengeluarkan senyum terbaiknya.

“ Eh kamu, silahkan masuk”. Tanpa pikir panjang akupun mempersilahkan dia dan beberapa orang yang dibawanya untuk masuk dan duduk tentunya.
“Makasih Fa, orang tuamu ada fa?”
“Iya ada, kenapa ya?”
“Bisa tolong dipanggilkan?”. Sambil tersenyum dia menyuruhku. Lalu aku pun ke dalam untuk memanggil orang tuaku. Sementara beliau menemui Zacky, akupun membuatkan minuman buat para tamu itu. Lalu akupun membawa minuman plus makanan kecil ke ruang tamu. Orang tuaku pun menyuruh aku duduk bersebelahan dengan mereka. Akhirnya ayahkupun mulai angkat bicara.
“Maaf, ada keperluan apa ya kog adhek ini siapa tadi namanya?”
“Zacky om”. Dia menjawab dengan lembut.
“Oia nak Zacky, kog rame-rame kesini ada keperluan apa”. Sambil sedikit bingung,ayahku bertanya.

“Maaf pak,mungkin kedatangan kami membuat kaget bapak sekeluarga, akan tetapi kami kesini dengan maksud dan tujuan yang baik. Perkenalkan nama saya Achmad, saya ayah dari Zacky, sedangkan ini ibunya Zacky namanya Ani”. Beliaupun memperkenalkan keluarganya satu per satu.
“Kami kemari, ingin menyampaikan niat baik anak kami Muhammad Zacky Hermawan untuk sekiranya melamar anak Bapak. Dengan diiringi senyum sumringah bapak Achmad mengutarakan niatnya.”

Seperti kejatuhan sesuatu akupun kaget setengah mati. Tak hanya aku, kedua orang tuaku pun tak kalah kagetnya denganku. Bagaimana bisa seorang Zacky tiba-tiba melamarku tanpa pemberitahuan padaku terlebih dulu, sms dulu kek atau apalah. Pikiranku pun melayang sekitar 4 tahun yang lalu dimana waktu itu aku masih semester lima. Yach, waktu itu, hari itu aku lupa tepatnya tanggal berapa tiba-tiba saja aku merasakan sesuatu hal yang berbeda. Waktu itu mata kuliah komunikasi. Aku yang mengambil jurusan Public Relation pastinya wajib mengikuti mata kuliah yang satu itu. Aku paling suka mata kuliah ini karena dosen pengajarnya sangat enjoy, gaul pula. Tak seperti biasanya kelasku ada yang ndak masuk. Biasanya kalau mata kuliah ini , kelasku penuh. Hari itu yang ndak masuk adalah Zacky, entahlah akhir-akhir ini dia memang sering ndak masuk entah karena apa. Malam harinya dia sms aku menanyakan apakah ada tugas atau tidak. Aku pun memberitahunya bahwa memang ndak ada tugas.

“Fa aku nitip absen yach besok-besok kalau aku ndak masuk lagi”. Biasalah mahasiswa kan emang gitu nitip absen kalu mereka bolos atau ada halangan.
“ Oke dah bos, nyantai aja. Eh iya kenapa km gak masuk tuch?” Ku beranikan buat bertanya.
“Kagak kenapa-napa fa, aku kerja soalnya jadi yah gitu.”
“Kerja?ow kebentur ya waktunya.”
“Hahahahah ia fa, biasanya sich gk gini tapi ini kebentur banget akhir-akhir ini banyak kerjaan.”
“Ow gitu,emm uda dulu ya...” Aku pun mengakhiri smsan itu karena rasanya ndak enak aja l ama-lama aku smsan sama yang bukan Mahramku. Entah sejak kapan pula aku terkena syndrom Ustadzah dadakan hehhehe. Bermula dari semester 2 aku diajak slah satu temenku si Vanya untuk ikut pengajian di salah satu organisasi kampus. Aku juga heran kesambet apa tuch si Vanya, akhirnya kami berdua pun ikut. Lambat laun kami berdua semakin cinta pada organisasi tersebut. “Gila, kenapa gak dari dulu aja aku ikut, asik banget kegiatannya, aku jadi nambah ilmu.” Kataku bersemangat ke Vanya. Vanya pun tersenyum lebar (sedikit ngakak).
Hari-hari ku jalani dengan membagi waktuku antara kuliah dengan organisasi. Menginjak semester 5 makin banyak tugas kuliahku jadinya aku terkadang ndak ikut organisasi. Tapi aku usahakan buat ikut.
000000


Aku berjalan sendiri di lorong lantai bawah, dari arah belakang ada yang memanggilku.
“Fa, Refa.....”
Aku pun menoleh ke arah sumber suara itu
“Eh da apa Zacky?”
“Hehehehe mau kemana kamu?”
“Mau ke Base Camp LDK
“ Kamu ikut LDK?”
“Yap kenapa?”
“Ndak paha-pha”. Sambil tertawa dia padaku
“ Ye.... udah ah,, duluan ya Assalamualaikum”. Akupun berlalu


Malam harinya dia mengirimik sms Tausiyah gitu, kata-kata bijak. Entah kenapa kog aku seneng banget ya, padahal biasanya dari semester 1 dia selalu mengirimiku kata-kata serupa tapi aku biasa aja. Aneh!!
Hari ini tak seperti biasanya, aku berpapasan dengan dia, ada rasa gimana gitu di hatiku. “Astaghfirullah haladzim, jaga pandangan, jaga hati” Do'aku dalam hati. Aku pun hanya menunduk saja melewatinya. Tanpa berkata apapun, Zacky membiarkanku lewat begitu saja melaluinya.


Sejak saat itu rasa itu mulai mengangguku, aku takut rasa itu menjadi Futurnya cintaku pada Sang Pencipta. Setiap malam ketika aku Sholat Tahajjud, tak henti-hentinya aku menangis memohon ampun pada-Nya. “Ya Allah, kenapa aku seperti ini? Disaat aku sekarang sudah benar-benar meninggalkan yang namanya Pacaran?Satu setengah tahun aku mencoba memperbaiki diriku dan meninggalkan semuaduniaku dulu, jujur rasa ini terus menggelayutiku, aku takut ibadahku pada-MU tak kusyu'. Jaga hatiku, jaga pandanganku Ya Allah.” Ku tutup doaku dengan ber istighfar. Setiap hari hanya doa itu yang aku panjatkan saat malam-malam bersama Sang Penciptaku tiba
Akhirnya akupun memaksakan diri sebisa mungkin unntuk tak ernah membalas smsnya jika tak penting-penting amat.


Semester 5 berlalu hingga sekarang semester 7, aku terlalu sibuk mengurusi skripsiku hingga aku kadang jarang ke kampus. Tapi yang namanya pengajian rutin tetap aku ikuti. Disana aku bisa melupakan semua masalah dan bebanku. Banyak hal-hal bermanfat yang aku kerjakan saat aku bertemu teman-teman se pengajianku tidak terkecuali Ustadzahku. Belia selalu bilang “Ingat ya nanak-anakku, jag Izzah dan Iffah kalian sebagai seorang Muslimah.” Yach kata-kata iku terus aku tanamkan pada diriku sendiri sehingga tanpa sadar Bayangan Zacky pun hilang dari pikiranku.
Hari ini wisuda yang ditunggu-tunggu, di Sebuah Gedung Serba Guna mili kampus, kami Mahasiswa Jurusan Public Relation di wisuda. Akupun akhirnya menyandang gelar Aisyah Reva Anindita S.os. Senangnya aku. Akhirnya sekarang terbebas dari tugas kuliah tapi aku sedih karena harus berpisah dengan teman-teman sekelasku tak terkecuali Vanya. Dia menangis tersedu-sedu dipelukanku. “Vanya ihh bikin aku nangis juga tau, meskipun kita berbeda tempat kerja tapi kita kan masih bisa ketemu di pengajian,kamu juga kan masih bisa maen kerumahku”. Dengan sok bijaknya aku menasehati sahabatku yang cengeng itu. Alhasil Vanya pun tersenyum kembali

000000

Aku menjalani hari-hariku dengan gembira setelah 2 kali aku pindah tempat kerja bukan karena pengen gaji yang gee tapi aku memang suka berpetualang dari kantor satu ke kantor lainnya. Pengen suasana baru gitu dech. Lama sekali aku memang tak pernah cntact dengan teman-temanku terutama Zacky.

“Nak Refa maaf kok ngelamun?” Suara Ibunya Zacky membuyarkan lamunanku
“Ehh maaf bu.” Sambil tersenyum malu aku menjawabnya
“ Kalau saya sich terserah anaknya saja” Ayahku memotong pembicaraan.
“Sebenarnya kami langsung melamar anak ibu dan bapak karena kami memang tak menginginkan mereka berdua pacaran karena didialam Agama Islam tak pernah dibenarkan yang namanya pacaran.” Ayahnya Zacky menjelaskan.
“Bagaimana nduk? Ayaku meminta jawabanku

000000

“ Jujur fa, dari awal masuk kuliah, aku memang sudah megagumi dan menaruh hati padamu, akan tetapi aku tau, Islam tak pernah mengajarkan untuk mendekati zina dalam bentuk apapun. Keluargaku pun tak pernah megizinkannya jika aku berbuat seperti itu” Zacky menjelaskan padaku.

Aku tau sekali bagaimana Zacky, dia dulu terkenal banget religius bahkan dengan teman wanita pun dia begitu sopan. Sejenak aku terdiam untuk berpikir, setelah kurang lebih 5 menit aku pun menjawabnya.

“ Iya aku terima lamaranmu”
Sontak Zacky dan keluarganya dengan senyum yang mengembang pun barkata “Alhamdulillah”
“Aku menerimamu bukan karena fisikmu atau hartamu, tapi aku menerimamu karena Agamamu dan juga Akhlaqmu” Aku menjelaskan dengan lembut
“Yach aku tau itu fa, aku paham.”

Setelah keluarganya Zacky bertandang kerumahku, 2 bulan kemudian hari bahagia itu datang. Aku benar-benar bersyukur. “Ya Allah terimakasih Engkau mempertemukan aku dengan jodohku, semoga dia bisa menjadi Imamku yang Sholeh”.Sambil tak hentinya aku mengucap Syukur.mencintai dalam diam itu indah, karena hanya aku dan Rabbku yang tahu. Benar kata Ustadzahku kalau seorang Muslimah harus menjaga Izzah dan Iffahnya dengan baik, niscaya kebahagiaan dan keberkahan yang akan mengikutinya. Terimaksih.. kini aku benar-benar yakin Allah tak akan memberi yang terburuk bagi Ummatnya yang bisa menjalankan printah-Nya tetapi DIA akan memberikan yang terbaik bagi Ummat yang taat padanya..



NB : Cerita ini murni dari inspirasiku sendiri. Semoga bisa dijadikan semangat buat semuanya. Barakallahu Fiikum. Copy paste diizinkan asalkan mencantumkan sumbernya. ^_^

Read More......
Senin, 21 Mei 2012 Posted in | | 0 Comments »
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------